Oncom Merah

Oncom adalah makanan khas daerah Jawa barat, yang dijamin Halal, enak, bergizi dan alami tanpa bahan kimia apapun

Showing posts with label disabilitas. Show all posts
Showing posts with label disabilitas. Show all posts

Monday 30 December 2013

Sekelumit tentang scoliosis

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Skoliosis adalah kelainan pada rangka tubuh yang berupa kelengkungan tulang belakang. Sebanyak 75-85% kasus scoliosis merupakan idiofatik, yaitu kelainan yang tidak diketahui penyebabnya. Sedangkan 15-25% kasus scoliosis lainnya merupakan efek samping yang diakibatkan karena menderita kelainan tertentu, seperti distrofi otot, sindrom Marfan, sindrom Down, dan penyakit lainnya. Berbagai kelainan tersebut menyebabkan otot atau saraf di sekitar tulang belakang tidak berfungsi sempurna dan menyebabkan bentuk tulang belakang menjadi melengkung.

Pembagian
Ahli bedah tulang (ortopedi) mengklasifikasikan idiofatik scoliosis ke dalam empat kategori berdasarkan usia penderita ketika kelengkungan tulang terlihat untuk pertama kalinya. Keempat kategori tersebut adalah scoliosis idiofatik anak-anak, remaja, pada remaja yang berada di sekitar masa pubertas, dan dewasa. Dalam perkembangannya, Scoliosis lebih lanjut Pada umumnya dibagi atas dua kategori diantaranya adalah Scoliosis Struktural dan Non Struktural.

Scoliosis Struktural
Suatu kurvatura lateral spine yang irreversible dengan rotasi vertebra yang menetap. Rotasi vertebra terbesar terjadi pada apex. Jika kurva bertambah maka rotasi juga bertambah. Rotasi ini menyebabkan saat foward bending costa menonjol membentuk hump di sisi convex. Sebaliknya dada lebih menonjol di sisi concav. Scoliosis struktural tidak dapat dikoreksi dengan posisi atau usaha penderita sendiri.

Scoliosis Non Struktural
Disebut juga Fungsional Scoliosis / Postural Scoliosis. Suatu kurvatura lateral spine yang reversibel dan cenderung terpengaruh oleh posisi. Di sini tidak ada rotasi vertebra. Umumnya foward/side bending atau posisi supine/prone dapat mengoreksi scoliosis ini.

Kurva

  • Arah scoliosis ditentukan berdasarkan letak apexnya.
  • Kurva mayor/kurva primer adalah kurva yang paling besar, dan biasanya struktural. Umumnya pada scoliosis idiophatic terletak antara T4 s/d T12
  • Kurva kompensatori adalah kurva yang lebih kecil, bisa kurva struktural maupun non struktural. Kurva ini membuat bahu penderita sama tingginya.
  • Kurva mayor double, disebut demikian jika sepadan besar dan keparahannya, biasanya keduanya kurva struktural.
  • Apex kurva adalah vertebra yang letaknya paling jauh dari garis tengah spine.
Letak dan Bentuk Kurva
  • letak kurva bisa di cervical, thoracal, lumbal, atau beberapa area
  • bentuk kurva
  • Kurva C : umumnya di thoracolumbal, tidak terkompensasi, kemungkinan karena posisi asimetri dalam waktu lama, kelemahan otot, atau sitting balance yang tidak baik.
  • Kurva S : lebih sering terjadi pada scoliosis idiophatic, di thoracal kanan dan lumbal kiri, ada kurva mayor dan kurva kompensatori, umumnya struktural.
Derajat Scoliosis
  • Derajat scoliosis tergantung pada besar sudutnya dan besar rotasinya. Makin berat derajat scoliosis makin besar dampaknya pada sistem kardiopulmonal.
  • Teknik Pengukuran Scoliosis
  • Pengukuran sudut kurva dapat dilakukan dengan metode Cobb atau Risser-Ferguson (lihat gambar).
  • Pengukuran rotasi vertebra dengan menilai x-raynya dibagi menjadi 4 tingkat. Lihat gambar.
  • Klasifikasi dari derajat kurva scoliosis
  • Scoliosis ringan : kurva kurang dari 20 º
  • Scoliosis sedang : kurva 20 º – 40 º /50 º. Mulai terjadi perubahan struktural vertebra dan costa.
  • Scoliosis berat : lebih dari 40 º /50 º. Berkaitan dengan rotasi vertebra yang lebih besar, sering disertai nyeri, penyakit sendi degeneratif, dan pada sudut lebih dari 60 º - 70 º terjadi gangguan fungsi kardiopulmonal bahkan menurunnya harapan hidup
Klasifikasi Scoliosis berdasarkan etiologi
  • Etiologi Scoliosis Struktural :
  • Idiophatic : sekitar 75-85 %. Onset umumnya adolescent. Lebih banyak pada wanita. Secara teori dikaitkan dengan malformasi tulang selama pertumbuhan, kelemahan otot di satu sisi, postur abnormal , dan distribusi abnormal muscle spindle otot paraspinal.
  • Neuromuscular : 15 – 20 % , seperti CP, myelomeningocele, neurofibromatosis, Polio, paraplegi traumatik, DMD, dll
  • Osteopathic : congenital (hemivertebra) atau acquired ( rickets, frakture, dll )
  • Etiologi Scoliosis Nonstruktural
  • Leg length discrepancy : True LLD atau Apparent LLD.
  • Spasme otot punggung
  • Habitual asymmetric posture
Evaluasi Scoliosis
  • Prosedur Evaluasi
  • Postural assessment, Evaluasi dilakukan dengan inspeksi anterior, lateral dan posterior penderita. Perhatikan adanya :
  • Level bahu asimetris
  • Skapula yang prominence di sisi convex
  • Protusi hip di satu sisi
  • Pelvic obliquity
  • Meningkatnya lordotik lumbal
  • Flexibility of the curve, Lakukan evaluasi dengan lateral dan foward bending untuk melihat adanya kelainan struktural. Lihat gambar.
  • Lateral bending ke sisi convex untuk melihat apakah kurva scoliosis bisa terkoreksi. Lateral bending yang asimetris menunjukkan adanya kelainan struktural.
  • Foward bending untuk melihat adanya rotasi vertebra di sisi convex berupa hump.
  • Evaluation of muscle strength
  • a. Otot sisi convex lemah
  • b. Otot perut dan back extensor lemah
  • c. Jika ada pelvic obliquity maka otot hip juga lemah pada sisi convex ( hip yang lebih rendah )
  • Diagnosa Scoliosis dibuat berdasarkan :
  • Anamnesa dan pemeriksaan fisik yang lengkap
  • Pemeriksaan tambahan
  • a. X-ray standard scoliosis dilakukan dengan berdiri AP, bending kanan, bending kiri. Dilakukan pula evaluasi Risser Sign dan kalau perlu Bone Age.
  • b. Pada scoliosis sedang dan berat seringkali perlu dilakukan pemeriksaan fungsi paru berupa vital capacity dan total lung capacity

Pengobatan
Jenis terapi  yang dibutuhkan untuk scoliosis tergantung pada banyak faktor. Sebelum menentukan jenis terapi yang digunakan, dilakukan observasi terlebih dahulu. Terapi disesuaikan dengan etiologi,umur skeletal, besarnya lengkungan, dan ada tidaknya progresivitas dari deformitas. Keberhasilan terapi sebagian tergantung pada deteksi dini dari scoliosis.

A. Obat
Tujuan pemberian obat adalah untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan kemungkinan infeksi baik dari alat ataupun pembedahan, bukan untuk mengobati scoliosis.
Obat yang digunakan antara lain :
1. Analgesik
  • Asam Asetil Salisilat 3 x 500 mg
  • Paracetamol 3 x 500 mg
  • Indometacin 3 x 25 mg
2. NSAID (Non Steroid Anti Inflamation Drug)
B. Fisioterapi
  1. Terapi panas, dengan cara mengompres
  2. Alat penyangga, digunakan untuk scoliosis dengan kurva 25°-40° dengan skeletal yang tidak matang (immature). Alat penyangga tersebut antara lain :
      - Penyangga Milwaukee
Alat ini tidak hanya mempertahankan tulang belakang dalam posisi lurus, tetapi alat ini juga mendorong pasien agar menggunakan otot-ototnya sendiri untuk menyokong dan mempertahankan proses perbaikan tersebut. Penyangga harus dipakai 23 jam sehari. Alat penyangga ini harus terus digunakan terus sampai ada bukti objektif yang nyata akan adanya kematangan rangka dan berhentinya pertumbuhan tulang belakang selanjutnya.

Alat penyangga Milwaukee untuk meluruskan tulang belakang pada anak yang bertumbuh.

        - Penyangga Boston
Suatu penyangga ketiak sempit yang memberikan sokongan lumbal atau torakolumbal yang rendah. Penyangga ini digunakan selama 16-23 jam sehari sampai skeletalnya matur. Terapi ini bertujuan untuk mencegah dan memperbaiki deformitas yang tidak dikehendaki oleh pasien.

Alat penyangga Boston dapat digunakan pada scoliosis bagian lumbal atau torakolumbal.
3. Terapi Stimulasi Otot-Otot Scoliosis
Kunci dari terapi ini adalah rehabilitasi dari otot dan ligamen yang menyangga tulang belakang. Rehabilitasi otot harus melalui sistem saraf pusat dengan tujuan agar pasien dapat  meningkatkan kekuatan otot sehingga otot dapat menyangga tulang belakang dengan posisi yang benar tanpa bantuan alat penyangga.

 
C. Tindakan Pembedahan
Umumnya, jika kelengkungan lebih dari 40 derajat dan pasien skeletalnya imatur, operasi direkomendasikan. Lengkung dengan sudut besar tersebut, progresivitasnya meningkat secara bertahap, bahkan pada masa dewasa. Tujuan terapi bedah dari skoliosis adalah memperbaiki deformitas dan mempertahankan perbaikan tersebut sampai terjadi fusi vertebra. Beberapa tindakan pembedahan untuk terapi skoliosis antara lain :
  1. Penanaman Harrington rods (batangan Harrington)
Batangan Harrington adalah bentuk peralatan spinal yang dipasang melalui pembedahan yang terdiri dari satu atau sepasang batangan logam untuk meluruskan atau menstabilkan tulang belakang dengan fiksasi internal. Peralatan yang kaku ini terdiri dari pengait yang terpasang pada daerah mendatar pada kedua sisi tulang vertebrata yang letaknya di atas dan di bawah lengkungan tulang belakang.

Keuntungan utama dari penggunaan batangan Harrington adalah dapat mengurangi kelengkungan tulang belakang ke arah samping (lateral), pemasangannya relatif sederhana dan komplikasinya rendah. Kerugian utamanya adalah setelah pembedahan memerlukan pemasangan gips yang lama. Seperti pemasangan  pada spinal lainnya , batangan Harrington tidak dapat dipasang pada penderita osteoporosis yang signifikan.


2. Pemasangan peralatan Cotrell-Dubousset
Peralatan Cotrell-Dubousset meliputi pemasangan beberapa batangan dan pengait untuk menarik, menekan, menderotasi tulang belakang. Alat yang dipasang melintang antara kedua batangan untuk menjaga tulang belakang lebih stabil. Pemasangan peralatan Cotrell-Dubousset spinal dikerjakan oleh dokter ahli bedah yang berpengalaman dan asistennya.
 
D.
Larangan
  • Tidak boleh mengangkat barang-barang berat
E. Tindakan Yang Dapat Membantu Skoliosis
  • Mengangkat pinggul yang miring
  • Peregangan tulang belakang
  • Latihan pernapasan
  • Yoga
Dari berbagai sumber

Tuesday 10 December 2013

Apa itu Disablitas?

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Disabilitas merupakan kata lain yang merujuk pada penyandang cacat atau difabel. Bagi masyarakat awam, kata disabilitas mungkin terkesan kurang familiar karena mereka umumnya lebih mudah menggunakan istilah penyandang cacat. Membahas masalah disabilitas dan pandangan masyarakat merupakan sebuah ironi. Para kaum disabilitas membutuhkan bantuan dan respon positif dari masyarakat untuk berkembang, tetapi mereka justru mendapatkan perlakuan berbeda dari masyarakat. Bahkan masyarakat sering merasa iba melihat kondisi para difabel, mereka menganggap bahwa kaum disabilitas adalah orang - orang yang tidak memiliki kemampuan sama sekali. Padahal banyak dari kaum disabilitas yang memiliki kemampuan lebih dari orang - orang yang normal kondisinya.

Hal itulah yang sering dijadikan alasan oleh masyarakat untuk memberikan sumbangan, baik uang maupun barang. Memang hal tersebut tidaklah salah, bahkan merupakan perbuatan yang terpuji, tapi sebenarnya ada cara lain untuk bisa membantu para disabilitas. Masyarakat bisa memberikan pelatihan - pelatihan keterampilan maupun memberikan pendidikan, itu jauh lebih bermanfaat dibanding dengan memberikan sumbangan. Selain itu, hal tersebut dapat menjadikan seorang disabilitas tidak manja dan menggantungkan belas kasih orang lain, serta memacu seorang disabilitas untuk bisa kreatif dan mau berusaha.

Umumnya masyarakat menghindari kaum disabilitas dari kehidupan mereka. Alasannya sederhana, karena mereka tidak ingin mendapatkan efek negatif dari kemunculan kaum disabilitas dalam kehidupan mereka seperti sumber aib, dikucilkan dalam pergaulan, dan permasalahan lainnya. Apakah kita pernah berpikir tentang disabilitas di sekitar kita? Apakah kita pernah menganggap keberadaaan mereka? Bagaimana perasaan kita jika takdir menghendaki kita sebagai salah satu bagian dari kaum disabilitas?

Jawaban dari pertanyaan di atas dapat mencerminkan kepedulian kita terhadap masalah disabilitas. Semakin kita dekat dan peduli dengan mereka, maka akan semakin baik.

Definisi
Menurut Organisasi kesehatan dunia (WHO). Disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas, dan pembatasan partisipasi. Gangguan adalah sebuah masalah pada fungsi tubuh atau strukturnya; suatu pembatasan kegiatan adalah kesulitan yang dihadapi oleh individu dalam melaksanakan tugas atau tindakan, sedangkan pembatasan partisipasi merupakan masalah yang dialami oleh individu dalam keterlibatan dalam situasi kehidupan. Jadi disabilitas adalah sebuah fenomena kompleks, yang mencerminkan interaksi antara ciri dari tubuh seseorang dan ciri dari masyarakat tempat dia tinggal.

Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat. Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya, yang terdiri dari :

a. Penyandang cacat fisik
b. Penyandang cacat mental
c. Penyandang cacat fisik dan mental
Klasifikasi
1. Tuna Netra = Disabilitas fisik (tidak dapat melihat / buta) : type A
2. Tuna Rungu = Disabilitas fisik (tidak dapat mendengar / tuli) : type B
3. Tuna Wicara = Disabilitas fisik (tidak dapat berbicara / bisu) : type C
4. Tuna Daksa = Disabilitas fisik (cacat tubuh) : type D
5. Tuna Laras = Disabilitas fisik (cacat suara dan nada) : type E1
6. Tuna Laras = Disabilitas mental (sukar mengendalikan emosi dan sosial) : type E2
7. Tuna Grahita = Disabilitas mental (cacat pikiran / lemah daya tangkap / idiot) : type F
8. Tuna Ganda = Disabilitas ganda (cacat lebih dari satu kecacatan / cacat fisik dan mental) : type G

Peringatan
Hari Penyandang Cacat Internasional adalah peringatan internasional yang disponsori oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sejak tahun 1992 dan diperingati setiap tanggal 3 Desember. Peringatan ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan masyarakat akan persoalan-persoalan yang terjadi berkaitan dengan kehidupan para penyandang cacat dan memberikan dukungan untuk meningkatkan martabat, hak, dan kesejahteraan para penyandang cacat.

Dari berbagai sumber

 
Design Downloaded from Free Website Templates Download | Free Textures | Web Design Resources