Bismillah....
Entah kenapa pagi ini hati diliputi rasa bersalah sekaligus bangga ketika aku melihat Bapak dan Emakku. Pagi-pagi buta jauh sebelum adzan subuh berkumandang Bapak sudah bangun, beliau Alhamdulillah istiqomah melaksanakan sholat tahajjud, sedangkan aku baru bangun kalo sudah adzan subuh (huft, parah...). Selesai sholat, Bapak langsung beraktifitas, yaitu mengolah ampas tahu untuk dijadikan oncom, semua dilakukan Bapak sendiri tanpa ada yang membantu, dulu bapak punya seorang pegawai, tapi entah kenapa sejak pegawai bapak yang terakhir keluar, tidak ada lagi yang mau menjadi pegawai, pernah ada beberapa orang yang melamar, tapi itu hanya beberapa hari, rata-rata alasan mereka tidak betah karena tidak kuat dan terlalu capek, sekarang Bapak hanya ":memiliki" 4 orang pedagang. Memang benar, usaha membuat oncom itu sangatlah menguras tenaga, belum lagi hasil yang didapat tidak sebanding dengan jerih payahnya.
Seringkali aku bilang kepada Bapak untuk ganti usaha, tapi Bapak selalu tidak mau dengan alasan kalo bikin usaha baru butuh modal besar lagi, belum lagi sekarang buka usaha susah karena sudah banyak saingannya. Sering aku merasa sedih, aku merasa menjadi anak yang gak berguna karena tidak mampu membantu orangtuaku membanting tulang mengais rejeki, apalagi Bapak pernah bilang, "Seharusnya Bapak sudah pensiun Yud, tapi Bapak kasihan sama kamu, entar kalo kamu minta apa-apa gimana coba?". Mendengar itu, aku semakin gak karuan, tapi itu semua aku pendam, aku tidak ingin menampakkan kesedihan didepan orangtuaku.
Diusiaku saat ini seharusnya sudah harus bekerja untuk meringankan beban orangtua, tapi apalah daya. Bukannya aku cuma pasrah saja makan tidur seenaknya, dulu sewaktu masih di Solo setelah selesai kuliah, aku pernah bekerja disebuah Home Industry dibidang IT, tapi baru saja menjalani masa training, aku terpaksa mengundurkan diri dikarenakan ada masalah yang menyebabkan aku harus meninggalkan kota Solo. Saat ini, aku mencoba membuka usaha berjualan pulsa, usaha ini bukanlah hal baru bagiku, karena sewaktu aku kuliah sudah pernah, sekarang tinggal melanjutkan, pada saat SMU dulu, aku juga pernah beberapa kali jualan, pada saat itu aku pernah berjualan topi, kaos, jagung bakar, kaligrafi dan snack, dulu aku berjualan bersama beberapa orang teman, tapi kalo snack dan pulsa aku jualan sendiri.
Tidak mudah memang berikhtiar dari nol, tapi aku tidak ingin menyerah begitu saja, aku ingin suatu saat nanti membuat bahagia orangtua dengan hasil jerih payahku, aku sadar bahwa sebesar apapun ikhtiar yang ku lakukan untuk orangtua tidak akan pernah bisa membalas seujung kukupun dari semua pengorbanan dan kasih sayang yang telah mereka berikan. Saat ini aku cuma bisa berdo'a memohon kepada ALLOH agar sudi mengabulkanNYA, selain itu, memohon juga agar orangtuaku diberi kesehatan selalu serta umur panjang, amiin ya ROBB......
Teman-teman sesama penyandang cacat selalu bilang bahwa cuma kota Solo yang "bersahabat" untuk penyandang cacat, cuma di sana penyandang cacat bisa diterima masyarakat, cuma di Solo penyandang cacat bisa berkarya. Aku ingin membantah itu semua, aku ingin membuktikan bahwa penyandang cacat bisa diterima dimana saja dan juga membuktikan bahwa tanpa HARUS DI SOLOpun penyandang cacat bisa berkarya dan BERHASIL. Ayo teman-teman, semangat dan jangan menyerah, yakinlah bahwa tanpa di Solopun kalian bisa, jangan pernah merasa TAKUT meninggalkan kota Solo. Ketahuilah, Kasih sayang dan Rahmat ALLOH itu luas dan ada dimana-mana, jangan takut tidak mendapat rejeki kalo gak di Solo. Buka hati dan fikiran kalian, jangan jadi "katak dalam tempurung".
76QXPSBETA5X
htt
76QXPSBETA5X
htt
0 comments:
Post a Comment